Minggu, 19 Maret 2017

cerita rakyat

Nama: Alfian Wicaksono
Npm : 10516567
Kelas: 1PA08


Cerita rakyat: Cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Jenis-Jenis Cerita rakyat pun banyak seperti Cerita Binatang, Cerita Asal-Usul (Legenda), Cerita Pelipur Lara, Cerita Jenaka.
          Pada kesempatan kali ini,saya mengambil cerita rakyat yang berjudul “Burung Yang Pincang”  dari Sulawesi Utara.

Burung Yang Pincang



Image result for burung yang pincang



        Di sebuah tepi hutan tinggallah seorang kakek bersama cucunya yang berumur 10 tahun yang bernama koko.
Karena mereka berdua sudah tak punya siapa-siapa lagi. Nenek koko maupun orangtua koko, semuanya  sudah lama meningal karena sakit. Karena koko sejak kecil memiliki cacad fisik,yakni kakinya pincang. Namun dia sangat rajin membantu kakeknya.
          Setiap malamnya,kakek selalu menceritakan kepada koko tentang pengalamannya pergi ke hutan, kakek sering bertemu dengan banyak binatang di hutan, sedangkan koko tidak punya kawan, koko pun ingin berkawan dengan semua binatang itu.
Di suatu hari persediaan makanan sudah habis. lalu memangil koko.
“koko,makanan kita sudah habis,sudah saatnya kakek harus mencari buah-buahan dan dedaunan di hutan,kakek juga perlu kayu bakar,kakek akan ke hutan besok pagi.” Kata kakek
“oh begitu, ya, kek? Kalau begitu aku ikut kakek ya!” dengan penuh semangat.
“tidak, koko, kau masih kecil. Belum saatnya kau mengenal hutan.tak sembarang anak kecil boleh ikut, kalau kamu benar-benar kuat,dan sudah dewasa, boleh saja.” Ujar kakeknya lagi
Kakeknya tidak sanggup mengatakan bahwa sesungguhnya  mengkhawatirkan kaki koko yang pincang itu.
Koko sangat kecewa hatinya,seperti biasanya kakek yang selalu menceritakan tentang binatang-binatang penghuni hutan itu. Rasa ingin tahunya pun bertambah besar.
Malam itu pun koko mengimpikan hal tersebut,ia sangat bergembira bisa bertemu dengan binatang-binatang yang nampak indah dan menawan. Ketika koko terbangun dari tidurnya yang indah itu.
“ah,hanya mimpi,” kata koko menyesali.
Setelah itu ia tidak bisa tidur lagi
“ah,kalau saja aku boleh ikut kakek,betapa senangnya,” dalam hati koko
          Pagi pun tiba,koko yang bangun lebih dahulu dari kakeknya,ia juga mulai mengemasi barang-barang yang hendak dibawa ke hutan
Ketika kakek bangun ia pun heran melihat cucu nya yang sudah rapi dan bersih
“koko,cucuku. Tumben kau bangun pagi.” Kata kakek sambil tersenyum
“kek,aku ingin sekali ikut kakek ke hutan. Kali ini ijinkan aku, ya kek,”koko memohon dengan sungguh-
Kakek ingin menolak tapi tak sampai hati,akhirnya dengan berat hati,ia berkata,
“baiklah,koko. Kau boleh ikut,tapi sekali saja ya.”
Koko sangat gembira sekali
Setelah selesai makan pagi.mereka  berdua berangkat menuju hutan yang tak jauh dari pondok kakeknya,dari luar hutan itu sangat rindang sekali tetapi sudah semakin kedalam hutan makin gelap dan menyeramkan,tapi semua itu tak dihiraukan oleh koko karena ia sangat bergembira bisa melihat binatang=binatang yang diceritakan kakeknya. Koko semakin gembira ketika binatang itu mengeluarkan suaranya dengan sesekali koko meniru gerak gerik lucu binatang itu.
Hari semakin sore menjelang malam,koko yang masih ditengah hutan gelap itu pun tertinggal jauh oleh kakeknya. Koko menangis ketakutan semua binatang membunyikan suara  dan koko terus memanggil kakeknya
Kakek pun berusaha mencari koko namun tak tahu harus mencari kemana ia sudah berkeliling dan juga balik arah,namun tidak juga ditemukan.
Hampir seminggu kakek mencari cucunya,akhirnya ia sudah tak ada harapan lagi
          Sampai suatu hari,ketika kakek sedang di tepi hutan ia mendengar aneh seekor anak burung yang lompat dari satu pohon ke pohon yang lain.
“mooo,pooo,mooo,poooo!!”
Lama-lama kakek pun menyadari, suara burung itu mirip benar dengan kata”oppokuu,opokuu!!!” (opo: kakek)
          Lalu kakek memperhatikan burung itu,kaki burung itu pincang sama dengan kaki cucunya,koko. Akhirnya, sadarlah kakek tua itu jika burung itu adalah cucunya sendiri. Koko rupanya telah menjelma menjadi seekor burung.



sumber: Rosa Dea, Cerita Rakyat 33 provinsi dari Aceh sampai Papua, Indonesia Tera anggota IKAPI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar