Nama: Alfian Wicaksono
Npm : 10516567
Kelas: 1PA08
Cerita
rakyat: Cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat
dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup
dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan
makhluk lainnya. Jenis-Jenis Cerita rakyat pun banyak seperti Cerita Binatang,
Cerita Asal-Usul (Legenda), Cerita Pelipur Lara, Cerita Jenaka.
Pada kesempatan
kali ini,saya mengambil cerita rakyat yang berjudul “Burung Yang Pincang” dari Sulawesi Utara.
Burung
Yang Pincang
Di sebuah tepi hutan
tinggallah seorang kakek bersama cucunya yang berumur 10 tahun yang bernama
koko.
Karena mereka berdua sudah tak punya siapa-siapa
lagi. Nenek koko maupun orangtua koko, semuanya
sudah lama meningal karena sakit. Karena koko sejak kecil memiliki cacad
fisik,yakni kakinya pincang. Namun dia sangat rajin membantu kakeknya.
Setiap
malamnya,kakek selalu menceritakan kepada koko tentang pengalamannya pergi ke
hutan, kakek sering bertemu dengan banyak binatang di hutan, sedangkan koko tidak punya kawan, koko pun ingin berkawan dengan semua binatang itu.
Di suatu hari persediaan makanan sudah habis. lalu memangil koko.
“koko,makanan kita sudah habis,sudah saatnya kakek
harus mencari buah-buahan dan dedaunan di hutan,kakek juga perlu kayu bakar,kakek
akan ke hutan besok pagi.” Kata kakek
“oh begitu, ya, kek? Kalau begitu aku ikut kakek
ya!” dengan penuh semangat.
“tidak, koko, kau masih kecil. Belum saatnya kau
mengenal hutan.tak sembarang anak kecil boleh ikut, kalau kamu benar-benar
kuat,dan sudah dewasa, boleh saja.” Ujar kakeknya lagi
Kakeknya tidak sanggup mengatakan bahwa sesungguhnya mengkhawatirkan kaki koko yang
pincang itu.
Koko sangat kecewa hatinya,seperti biasanya kakek
yang selalu menceritakan tentang binatang-binatang penghuni hutan itu. Rasa
ingin tahunya pun bertambah besar.
Malam itu pun koko mengimpikan hal tersebut,ia
sangat bergembira bisa bertemu dengan binatang-binatang yang nampak indah dan
menawan. Ketika koko terbangun dari tidurnya yang indah itu.
“ah,hanya mimpi,” kata koko menyesali.
Setelah itu ia tidak bisa tidur lagi
“ah,kalau saja aku boleh ikut kakek,betapa
senangnya,” dalam hati koko
Pagi
pun tiba,koko yang bangun lebih dahulu dari kakeknya,ia juga mulai mengemasi
barang-barang yang hendak dibawa ke hutan
Ketika kakek bangun ia pun heran melihat cucu nya
yang sudah rapi dan bersih
“koko,cucuku. Tumben kau bangun pagi.” Kata kakek
sambil tersenyum
“kek,aku ingin sekali ikut kakek ke hutan. Kali ini
ijinkan aku, ya kek,”koko memohon dengan sungguh-
Kakek ingin menolak tapi tak sampai hati,akhirnya
dengan berat hati,ia berkata,
“baiklah,koko. Kau boleh ikut,tapi sekali saja ya.”
Koko sangat gembira sekali
Setelah selesai makan pagi.mereka berdua berangkat menuju hutan yang tak jauh
dari pondok kakeknya,dari luar hutan itu sangat rindang sekali tetapi sudah
semakin kedalam hutan makin gelap dan menyeramkan,tapi semua itu tak dihiraukan
oleh koko karena ia sangat bergembira bisa melihat binatang=binatang yang
diceritakan kakeknya. Koko semakin gembira ketika binatang itu mengeluarkan
suaranya dengan sesekali koko meniru gerak gerik lucu binatang itu.
Hari semakin sore menjelang malam,koko yang masih
ditengah hutan gelap itu pun tertinggal jauh oleh kakeknya. Koko menangis
ketakutan semua binatang membunyikan suara dan koko terus
memanggil kakeknya
Kakek pun berusaha mencari koko namun tak tahu
harus mencari kemana ia sudah berkeliling dan juga balik arah,namun tidak juga
ditemukan.
Hampir seminggu kakek mencari cucunya,akhirnya ia
sudah tak ada harapan lagi
Sampai
suatu hari,ketika kakek sedang di tepi hutan ia mendengar aneh seekor anak
burung yang lompat dari satu pohon ke pohon yang lain.
“mooo,pooo,mooo,poooo!!”
Lama-lama kakek pun menyadari, suara burung itu
mirip benar dengan kata”oppokuu,opokuu!!!” (opo: kakek)
Lalu
kakek memperhatikan burung itu,kaki burung itu pincang sama dengan kaki
cucunya,koko. Akhirnya, sadarlah kakek tua itu jika burung itu adalah cucunya
sendiri. Koko rupanya telah menjelma menjadi seekor burung.
sumber: Rosa Dea, Cerita Rakyat 33 provinsi dari Aceh sampai Papua, Indonesia Tera anggota IKAPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar